Isola Menari

Keluwesan puluhan penari yang indah tertuang pada acara berjudul Isola 12 Jam Menari “Infinity Dancing”. Sesuai dengan tajuk tersebut,acara  ini dilaksanakan selama 12 jam, yaitu dari pukul 10.00-22.00 WIB pada hari Rabu, 12/12/2018 tersebut dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda. Meskipun demikian penonton sangat antusias dengan adanya pergelaran akbar seni tari tersebut. Salah satu panitia menuturkan bahwa acara ini adalah hajat besar  Sivitas Departemen Penididikan Seni Tari FPSD sekaligus menjadi ajang pengenalan budaya lokal Indonesia khususnya bagi kalangan pelajar di Universitas Pendidikan Indonesia.

Hal yang sangat berbeda dari pertunjukan tari biasanya, yaitu tersuguh dalam karya “Anak Banten”, suasana etnis yang kental tercermin dari pakaian yang sederhana dengan warna bernuansa gelap dikenakan oleh para penari. Set panggung yang erat dengan nuansa ritual memberikan suasana seram dan mampu membuat bulu kuduk berdiri.

Tidak hanya penari dewasa yang hadir penari anak-anak pun ikut berkontribusi dan berpartisipasi dalam memeriahkan acara tersebut. Anak-anak yang berasal dari sanggar Puspawangi Karawang, membawakan tarian khas dari daerah tempat tinggalnya yaitu “Goyang Karawang”. Tidak kalah dari penari dewasa, anak-anak yang masih duduk di jenjang pendidikan dasar tersebut bergerak aktif bak penari profesional. Keluwesan tangan mungil dari anak-anak tersebut seakan mengajak penonton untuk bergerak mengikuti iringan musik yang meriah.

Acara yang terselenggara setiap akhir tahun tersebut memang rutin dilaksanakan oleh Departemen  Pendidikan Seni Tari FPSD UPI. Tidak heran bahwa kegiatan tersebut memasuki tahun ketujuh sejak pertama kali dilaksanakan di Universitas Penididikan Indonesia.

Bertempat di Gedung Pertunjukan Amphiteater, penari wanita berjumlah 9 orang  berlenggak lenggok di atas panggung. Dengan riasan mewah di kepala yang mencerminkan riasan khas tari tradisional khas Jawa Barat. Kelompok penari yang diberi nama “LadyGirl” tersebut mengajak penonton untuk menari dengan diiringi lagu “Entog Mulang” dari Rita Tila dan “Kembang Tanjung”

Peserta pengisi acara Isola menari, menampilkan jenis tarian yang berberda-beda, sehingga menghadirkan kesan variatif dari acara yang digagas oleh Himpunan Mahasiswa Seni Tari(HIMASTAR). Penari dari seluruh Indonesia, dari berbagai macam sanggar, serta komunitas yang berbeda turut dihadirkan untuk memeriahkan acara ini. Tidak hanya kalangan dewasa tetapi kalangan anak-anak sekolah dasar hingga sekolah menengah antusias dan turut serta berpartisipasi pada perhelatan akbar tersebut.

Terdapat tiga lokasi yang menjadi tempat penari menampilkan kebolehanya. Stage pertama bertempat di Taman Bareti, stage dua di Gedung Pertunjukan Amphiteater, dan terakhir di Pelataran Isola Universitas Pendidikan Indonesia.. Pembagian lokasi penyuguhan penampilan penari tampak menyesuaikan dengan kemasan penampilan setiap penari.

Dekorasi dan set panggung di luar ruangan lebih mencolok daripada dekorasi panggung yang ada di dalam ruangan. Hanya saja didukung dengan pencahayaan lampu yang sangat baik, konsep panggung di dalam ruangan menjadi lebih meriah dan sesuai dengan porsi kemasan penampilan penari di ruangan tersebut.

Rizki melangkah menuju panggung yang cukup luas dan dekorasi bernuansa etnik yang meriah. Dengan gagahnya ia membawakan tarian khas Jawa yang memiliki ciri khusus yaitu penari membawa topeng yang dengan berbagai macam ekspresi. Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun yang lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di tanah Jawa.Tarian yang sering digunakan dalam upacara adat atau penceritaan kuno dari para leluhur ini dibawakan apik oleh Rizki.

Hal yang sangat menarik dari pergelaran seni tari tersebut, yang paling mencolok dan berbeda dari pergelaran seni tari lainya adalah beberapa orang yang menari dua belas jam tanpa berhenti. Yaitu tiga orang dari latar belakang yang berbeda, salah seorang diantaranya adalah dosen  Departemen Pendidikan Seni Tari dan salah seorang lainya adalah mahasiswa. Tidak sembarang orang yang dapat menampilkan tarian selama dua belas jam tanpa henti, sehingga dikutip dari laman web Isola menari dua belas jam, terdapat seleksi yang sangat ketat bagi penari 12 jam tersebut, diantaranya, mahasiswa minimal semester lima, memiliki minimal lima karya tari yang sudah dipentaskan dan membuat esai dengan tema “Infinity Dancing).

Acara yang berlangsung selama dua belas jam tersebut berlangsung kondusif dan meriah. Banyak peserta yang menonton berharap agar acara tersebut tetap eksis dan dilaksanakan kembali di tahun-tahun berikutnya oleh Universitas Pendidikan Indonesia. Sudah sewajarnya kampus yang berlatar belakang pendidikan tersebut memberikan edukasi untuk terus menjaga kelestarian budaya yang menjadi identitas bangsa Indonesia, tidak hanya dalam bentuk teori yang diajarkan di sekolah formal,  tetapi juga  dalam bentuk pertunjukan yang apik dan menarik minat generasi muda untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan generasi milenials yang cinta dan bangga terhadap tanah air. (Dini Ramdania Damara Mahasiswa Departemen Pendidikan Seni Musik FPSD UPI)