PENGALAMAN PERTUKARAN PELAJAR KE JERMAN SELAMA 1 SEMESTER

oleh Jean Christian

Dari kiri ke kanan: Prof. Schulze, Petra, saya (Jean), Vanessa, Markus, Mira, Rebecca, Martin, Sina.

Halo, perkenalkan, nama saya Jean. Saya saat ini sedang menjalani program pertukaran pelajar yang diadakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan Musikhochshule Lübeck, Jerman. Kota Lübeck merupakan salah satu bagian dari Schleswig-Holstein, negara bagian Jerman yang terletak di utara, dan merupakan salah satu kota pelabuhan utama Jerman. Posisi kota Lübeck ini sangat berdekatan dengan negara Denmark.

Musikhochschule Lübeck adalah sebuah sekolah tinggi musik milik pemerintah, atau yang kita kenal dengan istilah sekolah negeri. “Hauptfach” (spesialisasi/major) yang saya ambil dalam program pertukaran ini adalah EMP, yaitu Elementare Musikpädagogik, atau dalam bahasa Indonesia disebut Pendidikan Musik Dasar. Jurusan yang saya ambil ini bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa / calon pendidik musik yang nantinya akan mengajar di sekolah musik, maupun di sekolah umum. EMP berfokus pada pendidikan musik dasar bagi siswa dalam kelompok, bukan privat. Namun, EMP ini tidak membatasi usia siswa yang akan diajar, anak-anak hingga orang tua sekalipun bisa menjadi objek yang akan dididik oleh lulusan EMP. EMP ini tidak hanya mempelajari musik saja, tetapi juga menggabungkan gerakan, tarian, games, dan kreatifitas ke dalam musik.

Profesor yang membimbing saya selama 1 semester di tempat ini adalah Prof. Marno Schulze. Di awal perkuliahan, saya cukup terkendala dengan bahasa, karena bahasa utama yang digunakan dalam kelas sehari-hari adalah bahasa Jerman. Namun, saya sangat bersyukur karena Profesor dan teman-teman di kelas begitu welcome akan kehadiran saya, juga sangat membantu dengan menerjemahkan bahasa Jerman ke bahasa Inggris saat pelajaran berlangsung.

Selain major EMP yang saya ambil, saya juga dibebaskan untuk memilih mata kuliah yang lain, yang dapat menunjang pembelajaran saya selama di tempat ini. Saya mengambil beberapa mata kuliah lain, seperti Gamelan Bali dengan Prof. Dieter Mack, Saxophontechnik dengan Prof. Rico Gubler, yang merupakan rektor dari Musikhochschule, Instant Composing Ensemble (ICE), Movements Training, dan beberapa mata kuliah lainnya.

Suasana belajar di Jerman tentunya sangat berbeda dengan di Indonesia. Kegiatan belajar mengajar cenderung lebih santai, namun penuh konsentrasi. Pembelajaran banyak dilakukan dengan duduk di lantai, dan membentuk lingkaran. Kemudian, pembelajaran dilakukan dengan banyak berdiskusi. Aspirasi siswa memiliki peran penting dalam kelas, khususnya dalam studi kasus. Mahasiswa di sini cenderung sangat aktif dan tidak malu-malu dalam menyampaikan pendapatnya maupun bertanya. Ada satu hal lain yang membuat saya begitu kagum dengan sistem pendidikan di sini, yaitu kesinambungan antara pembelajaran teori dan praktik. Sebagai contoh, di jurusan saya, EMP, di tahun ketiga perkuliahan, mahasiswa diwajibkan mengambil mata kuliah “Lehrpraxis”, yaitu praktik mengajar di sekolah dasar, maupun taman kanak-kanak yang telah bekerja sama dengan Musikhochschule, tentunya dengan bimbingan dan dipantau oleh Profesor. Bagi saya, hal ini sangat mengagumkan, karena calon pendidik dipersiapkan dengan sangat matang, tidak hanya dari segi teori, tetapi yang terpenting adalah jam terbang dan pengalaman mereka mengajar. Ketika mereka lulus, mereka sudah dinyatakan sangat siap.

Saya sangat senang dan bersyukur mendapatkan kesempatan belajar di Musikhochschule Lübeck, banyak pengalaman baru, teman baru, dan tentunya menambah wawasan saya tentang pendidikan. Saya berharap suatu saat bisa kembali ke tempat ini lagi untuk belajar!